

website ://suzuki-vitara-indonesia.blogspot.com(E-mail:marwah9999@gmail.com) VITARA INDONESIAN AUTO CLUB
MILTON KEYNES (DP) — Suzuki Grand Vitara 2010 tanpa ‘konde’ alias ban cadangan di bagian belakang dirilis di Inggris. Suzuki Grand Vitara 2010 yang disempurnakan ini membuatnya lebih bertampang kota.
Dengan absennya ‘konde’ berarti panjang mobil terpangkas. Suzuki UK berhasil memangkas 200 mm dari model sebelumnya yang memiliki panjang 2.475 mm. Tak ada perubahan pada lebar, tinggi dan wheelbase.
Di Inggris Suzuki Grand Vitara ditawarkan dalam model 3-pintu dan 5-pintu. Grand Vitara 5-pintu disodorkan dalam pilihan mesin bensin 2,4 liter dan diesel 1,9 liter DDiS. Mesin 1,9 liter DDiS telah disempurnakan agar bersahabat dengan regulasi Euro 5. Konsumsi bahan bakar Grand Vitara 1.9 DDiS turun menjadi 15 km/liter dari 14 km/liter, emisi CO2 menjadi 179 g/km dari 185 g/km.
Suzuki Grand Vitara 3-pintu menawarkan pilihan mesin bensin 1,6 liter dan 2,4 liter. [dp/Ind]
© 2010, Majalah Otomotif Online by. Dapurpacu.com. All rights reserved.

Accu Optima Yellow Top
Transfercase OEM Toyota FJ-40
Axle Toyota FJ-60
Final Gear 1:6,11
ARB Air Locker Front and Rear
Tyres Super Swamper TSL 34"
Suspention Front : 4 Link Arm 10",2" Coil Overshock King Shock, Hidraulic Bump Stop 4.2" King Shock
Suspention Rear : 4 link Arm 12",2" Coil Overshock King Shock
Winch Front WARN 8274 M-50
Winch Rear WARN M6000
Snorkel Custom
![]() |
OTOMOTIFNET - Suzuki Vitara sejak diluncurkan di Indonesia tahun 1992 langsung banyak menarik perhatian. Menilik dapur pacu mengusung kapasitas mesin 4 silinder 1.600 cc 8 valve yang masih menggunakan sistem karburator.
Namun, tak banyak yang tahu kalau pernah ada juga Suzuki Vitara bermesin injeksi, atau yang lebih dikenal dengan Suzuki Vitara EPI.
“Diperkirakan Suzuki Vitara EPI ini hanya keluar dari Oktober 1995 sampai April 1995 dengan jumlah unit sekitar 300,”ujar Benyamin F. Fahmie, ketua bidang teknik Suzuki Jip Indonesia (SJI), yang memiliki 1 unit dari baru.
Mengadopsi sistem EPI (Electronic Petrol Injection) di atas kertas pasti lebih unggul dibandingkan dengan yang masih menggunakan sistem karburator.
Selain itu juga mesin stasionernya lebih merata dan konsumsi BBM-nya lebih irit ketimbang karburator. Sayang, Vitara EPI ini bisa dibilang langka, “Yang masih bisa dibilang layak pakai mungkin sudah nggak banyak,” ujar Benny, sapaan akrabnya.
Pasaran untuk Suzuki Vitara EPI ini juga boleh dibilang rada gelap. ”Untuk 1994 saja ada yang buka harga di Rp 67 jutaan, lalu keluaran 1995 bisa Rp 80 jutaan,” ujar Benny.

Jakarta – Mengenang masa sekolah memang indah. Apalagi ketika masa pubertas tersebut sudah memiliki mobil idaman. Seperti yang dialami Benyamin Faizurahman Fahmie saat memutuskan meminang Suzuki Vitara EPI pada 6 April 1995.
Cinta pada pandangan pertama, alasan Benyamin yang saat itu ambil keputusan mengeliminasi tawaran sedan Mazda Familia yang juga gres. Cintanya terhadap Vitara bersemi saat mendapat kesempatan untuk mencicipi versi dua pintu soft top pada 1990.
Ketika itu Vitara belum masuk Indonesia dan kebetulan sang ayah yang sempat menjadi petinggi grup Indomobil, ATPM Suzuki, memberinya kesempatan istimewa ini. Sejarah mobil ini terlalu panjang, dulunya juga dipakai ibu saya, sering keluar-masuk pasar, senyumnya mengenang SUV berkelir biru ini yang sudah menembus jarak tempuh 300 ribu km hingga kini.

Tepat setelah tamat dari SMA Pangudi Luhur, Jaksel, pria berambut gondrong ini menjadikan Vitara sebagai andalan harian sampai sekarang, di samping Hyundai Santa Fe 2001 yang sesekali dikemudikannya keluar kota.
Menurut pemukim kawasan Bintaro, Jaksel ini, Vitara punya fitur lebih komplet dibanding saudara satu generasinya, yakni Escudo dan Sidekick.
Beruntung Benyamin memilih varian EPI yang sudah mengaplikasi sistem injeksi elektronik. Selain sudah menerapkan gerak roda 4×4, disinyalir populasinya tak lebih dari 300 unit. Selama lebih dari 15 tahun, berbagai pernik kepunyaan Vitara dari berbagai versi negara diburu dan dikumpulkan.
Saat ini yang telah terpasang antara lain switch fog lamp, headlamp washer lengkap dengan swicth, dimmer, cup holder, stop lamp, side marker hingga pintu belakang yang masing-masing merupakan versi JDM (Japan Domestic Market) dan USDM (United States Domestic Market).
Lebih hoki lagi, belum genap setahun, sebuah Vitara dengan tipe dan tahun produksi yang sama berhasil didapatkan dalam kondisi fisik hampir orisinal. Hanya kondisi kaki-kaki dan interior yang tidak terawat.

Namun cat, mesin dan sebagian besar kompartemen bodi asli masih asli bawaan pabrik. Sekalian saja saya rapikan, ganti pelek dan ban lalu ditinggikan, girang pria yang juga modifikator ini. Semakin bangga karena jarak tempuh di odometer baru menghabiskan 89.940 km.
Saat ini pasaran Vitara dengan pasokan karburator mulai Rp 60 juta dengan tahun produksi paling awal 1993. Kalo yang EPI lebih tinggi, minimal Rp 90 juta, sebutnya. Ke depannya, selain perawatan intensif, beragam aksesori versi JDM masih tercantum dalam daftar buruannya.
Diantaranya dengan mengganti velg dan ban dengan ukuran yang lebih lebar. Tapak lebar membantu mobil punya daya cengkeram yang lebih baik dibandingkan profil standar. Selain itu penggantian suspensi dengan sport kit juga memungkinkan handling mobil jadi lebih baik.
Sedangkan PCD yang jamak beredar di SUV adalah 5×114,3 dan 6×139,7. Untuk PCD 5×114,3 umumnya spek velg yang direkomendasikan adalah yang mempunyai offset 45 mm dan lebar dari 7 hingga 9 inci.
Biasa terdapat di Honda New CR-V, Suzuki Grand Vitara, atau Toyota Rush. Kalau Pajero atau Fortuner, PCD-nya 6×139,7 dan offset yang direkomendasikan sekitar 20-25 mm, ungkap Aristana Lido dari JML Motorsport, Serpong, Tangerang.
Lebar velg yang aman dari risiko gesrot adalah 7 sampai 9,5 inci. Yang perlu diperhatikan adalah, semakin besar diameter velg semakin berat kerja komponen kaki-kaki. Amannya, kenaikan diameter velg terpaut 2 inci dari standar. Aris, panggilan akrabnya, menyarankan Buat SUV, sebaiknya pilih model velg palang tegas, agar kesannya makin macho.
Ban
Ukuran ban yang tepat akan mempengaruhi kenyamanan berkendara SUV. Jika Anda hendak mengganti dengan velg ukuran 22×9 inci, Bisa pakai ban dengan spek 265/40R22, sambung Dana Pramanandana dari bengkel Wisesa Motorsport, Haji Nawi, Jakarta Selatan.
Untuk SUV disarankan memakai ban dengan profil agak tebal untuk mengisi besarnya ruang fender. Sedangkan bila hendak memakai ukuran 20×8,5 inci, bisa memakai ban ukuran 235/45R20.
Suspensi
Midun dari bengkel per Jaya Spring, Haji Nawi, Jakarta Selatan menyarankan, Sebaiknya untuk SUV pakai sport kit aftermarket bila hendak mereduksi ketinggiannya.
Penyebabnya, kenyamanan masih terjaga dengan baik dan handling pun meningkat. Untuk sport kit, hingga saat ini yang tersedia di pasaran adalah produk Eibach dan Tein. Harganya berada di kisaran Rp 3,5-4 juta, ungkap Amin Sutiono dari gerai Autostyle, Sunter, Jakarta Utara.
Reduksi ground clearance yang dihasilkan sekitar 30-35 mm. Biasanya produk Tein lebih ceper dibanding Eibach, ucap Amin lagi.
Strut Bar dan Stabilizer
Perangkat besi ini berguna membuat sasis menjadi lebih kaku. Cara kerjanya, dengan mengikat kedua support sokbreker agar fleksibilitasnya berkurang. Dengan sasis yang lebih kaku, gejala body roll bisa diminimalisir.
Selain itu bisa juga disematkan stabilizer di suspensi belakang. Bedanya, stabilizer mengikat baut yang ada di lengan ayun. Harganya berkisar sekitar Rp 1,6 juta untuk paket strut bar dan stabilizer merek TRS, ungkap David Kartawidjaja dari gerai CK Motorsport, Arteri Kedoya, Jakarta Barat (mobil.otomotifnet.com)
Source: OtomotifNet